Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » RAGAM » Sentuhan Bung Karno di Masjid Jamik Bengkulu

Sentuhan Bung Karno di Masjid Jamik Bengkulu

  • account_circle Pro Indonesia
  • calendar_month Ming, 2 Apr 2023
  • visibility 2
  • comment 0 komentar

Bung Karno saat dalam pengasingannya di Bumi Rafflesia pernah membantu mendesain ulang masjid yang berlokasi tak jauh dari kediamannya.

Ada lebih dari 2.000 masjid dan surau berdiri di Provinsi Bengkulu, sejak pertama kali Islam masuk ke Bumi Rafflesia, pada permulaan abad 17 silam. Tak sedikit dari rumah-rumah ibadah itu masuk kategori cagar budaya. karena unsur sejarah dan usia bangunan yang menyertai.

Namun, tak ada yang seistimewa Masjid Jamik Bengkulu. Letaknya ada di Jl Letjen Soeprapto, Kelurahan Pengantungan, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu. Jika dilihat dari udara, posisi lahan masjid berbentuk segitiga, tepat berada di simpang empat yang membelah Jl Letjen Soeprapto, Jl MT Haryono, dan Jl Jenderal Sudirman.

Awalnya, masjid ini masih berupa surau atau musala bernama Surau Lamo yang menurut Bahasa Bengkulu artinya Surau Tua. Surau Lamo dibangun oleh saudagar keturunan Bugis, Sulawesi Selatan bernama Daeng Makulle pada awal abad 18. Makulle merupakan seorang datuk dagang dari daerah Tengah Padang, karena itu pula surau itu dikenal sebagai Surau Gadang atau Masjid Jamik Tengah Padang.

Saat itu, Surau Lamo posisinya tak jauh dari makam pahlawan nasional, Sentot Alibasya alias Pangeran Diponegoro, yang terletak di Kelurahan Bajak. Bangunan awal masjid masih sangat sederhana, beratapkan rumbia, lalu tiang-tiang dan lantainya terbuat dari kayu.

Ketika memasuki abad 19, bangunan masjid dipindahkan ke lokasi sekarang dan lebih berkembang. Masjid berada di pusat perdagangan serta berfungsi untuk mempertemukan banyak kalangan ketika salat lima waktu.

Memasuki awal abad 20, para kaum tuo, begitu kalangan cerdik pandai dan ulama disapa di tanah Sumatra, bersama masyarakat setempat bersepakat merenovasi masjid, karena kondisinya mulai memerlukan perbaikan.

Pada saat bersamaan, tokoh nasional Soekarno masuk ke Bengkulu pada 14 Februari 1938, setelah menjalani pengasingan selama empat tahun di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Oleh penjajah Belanda, Bung Karno ditempatkan di sebuah rumah sewaan milik pengusaha Tionghoa bernama Tjang Tjen Kwat di Jl Jeruk, sekarang adalah Jl Soekarno-Hatta, Kota Bengkulu.

Bung Karno kerap mampir ke Masjid Jamik Tengah Padang untuk melaksanakan salat. Kebetulan, letaknya sekitar 1,5 kilometer dari rumah pengasingan Bung Karno dan dapat ia tempuh dengan jalan kaki atau bersepeda onthel. Ia melihat bahwa masjid harus dibangun ulang karena strukturnya sudah membahayakan jemaah ketika salat.

Proklamator ini tak asal bicara, sebab dia memang berlatar pendidikan insinyur teknik sipil dari Technische Hoogeschool (THS) atau kini lebih dikenal sebagai Institut Teknologi Bandung. Seperti ditulis Zein Abdul Baqir dalam Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia, Bung Karno kemudian bermusyawarah bersama kaum tuo yang ia sebut sebagai bigotedly orthodox agar bersedia memperbarui masjid mereka.

Gayung bersambut karena kaum tuo pun memikirkan hal serupa dan mereka mencapai mufakat bahwa Bung Karno sendiri yang akan mendesain rupa baru masjid. Presiden RI Pertama itu tak ingin menerapkan desain bangunan bergaya Timur Tengah atau Eropa. Sukarno punya gayanya sendiri.

 

Desain Antikolonial

Oleh Yuke Ardhiati dalam buku Bung Karno Sang Arsitek disebutkan bahwa Bung Karno memiliki konsistensi padu padan gaya antikolonial dan mengedepankan konsep Indonesia. Itu memengaruhi model arsitektur karyanya pada periode 1926-1945.

Saat itu, Bung Karno tak banyak mengubah struktur bangunan. Namun lebih menegaskan paduan nuansa Jawa dan Sumatra pada desain masjid itu. Bung Karno mempertahankan sebagian struktur bangunan dan hanya mengubah bagian atap, tiang masjid, dan menaikkan tinggi lantai hingga 30 sentimeter, serta dinding ditinggikan lagi 2 meter.

Bagian atap diganti berbahan seng dan dibentuk bermodel mansard atau atap tinggi bersisi empat miring curam dengan sedikit tekukan pada bagian bawah. Atapnya dibuat bersusun atau bertumpuk tiga melambangkan iman, Islam, dan ihsan.

Ada filosofi khusus mengapa bagian atap dan plafon dibuat tinggi seolah-seolah ingin mencakar langit karena melambangkan ketaatan kepada Tuhan. Ada ornamen tambahan yaitu hiasan kemuncak atau menyerupai gada pada puncak atap. Konon, Sukarno terinspirasi oleh senjata gada milik tokoh pewayangan favoritnya yakni Bima.

Masjid Jamik Bengkulu mempunyai tiga bangunan yang saling menyatu, yakni inti masjid, serambi, dan bangunan tempat wudhu. Pada inti masjid yang menjadi ruang utama salat ukurannya sebesar 14,65 meter x 14,65 meter dan terdapat tiga pintu masuk yang dibatasi oleh tiga pilar setinggi sekitar 2,5 meter.

Menariknya, Bung Karno tidak menempatkan tiang-tiang penopang pada bagian tengah interior masjid sehingga menghadirkan kesan lebih lapang dan lega. Tiang-tiang justru disematkan pada setiap sisi bangunan masjid dengan jarak diatur. Bagian kepala pilar-pilar ini diberi ukiran motif sulur dari kayu jati.

Total ada 19 tiang yang diberi ukiran kayu di atasnya termasuk pada tiga tiang pembatas pintu masuk. Kembali ke bangunan inti, suasananya terasa teduh karena dindingnya tinggi, sekitar 7 meter hingga mencapai plafon yang terbuat dari kayu jati cokelat.

Ada lubang angin bersusun dua di tiga sisi bangunan, tepat sekitar 20 sentimeter di bawah plafon. Sekitar 1 meter di bawah lubang angin, ada motif ayat-ayat Alquran berkelir emas mengelilingi keempat sisi dalam bangunan. Bagian utama tempat salat ini mampu menampung sekitar 400 jemaah.

Pada bagian depan ruang utama salat terdapat sebuah mihrab berbahan beton berukuran 2,5 meter x 1,6 meter dengan mimbar khutbah bergaya Istanbul Ottoman dilengkapi empat anak tangga. Tepat di atas mihrab ada dua kubah mini terbuat dari bahan stainless steel. Pada bagian serambi, bentuknya seperti persegi panjang dengan plafon berlapis kayu jati cokelat.

Serambi ini ditopang oleh tiang kayu besar persegi delapan. Masih ada satu bangunan lagi yakni tempat wudu berukuran 8,8 meter x 5,55 meter. Tepat di belakang serambi ada halaman luas masjid yang biasa dipakai untuk parkir kendaraan atau sebagai area salat Id.

Pemerintah pusat sejak 2004 telah menetapkan Masjid Jamik Bengkulu sebagai cagar budaya nasional yang diperkuat oleh Undang-Undang nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Rumah ibadah ini juga berfungsi sebagai objek wisata religi dan sejarah dan ramai dikunjungi oleh masyarakat lokal dan luar Bengkulu.

Penulis: Anton Setiawan

  • Penulis: Pro Indonesia

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Prof. Husain Syam Dukung Kebijakan Pemprov Sulbar Programkan Sekolah Berbasis Vokasi

    Prof. Husain Syam Dukung Kebijakan Pemprov Sulbar Programkan Sekolah Berbasis Vokasi

    • calendar_month Sen, 25 Nov 2024
    • account_circle Pro Indonesia
    • visibility 0
    • 0Komentar

    MAMUJU – Guru Besar Universitas Negeri Makassar (UNM) Prof. Husain Syam mendukung kebijakan Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat yang akan memprogramkan Sekolah Berbasis Vokasi. Sekolah Vokasi adalah program pendidikan tinggi yang bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa agar memiliki keahlian terapan dan siap untuk bekerja. Pendidikan vokasi berfokus pada penguasaan keterampilan dan pengetahuan praktis yang dapat diterapkan di […]

  • Firdaus Tekankan Kajian Mendalam Tentang Rencana Perubahan UU ITE

    Firdaus Tekankan Kajian Mendalam Tentang Rencana Perubahan UU ITE

    • calendar_month Sab, 8 Apr 2023
    • account_circle Pro Indonesia
    • visibility 0
    • 0Komentar

    JAKARTA – Pengurus Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Pusat melakukan Buka Puasa bersama secara,(06/04/23). Buka puasa di Hotel Millenium itu dilaksanakan secara terbatas pengurus harian SMSI Pusat, PIC Dewan Pakar dan PIC Dewan Penasehat tersebut dihadiri Firdaus Ketua Umum, H. M. Nasir Sekretaris Jenderal, Yono Hartono Wakil Ketua Umum, Syarif Ketua Bid. Kerjasama dan Hubungan Antar […]

  • Atalia Praratya Terpilih Jadi Ketua ISKI Jabar,  ISKI Harus Adaptasi Artificial Intelligent

    Atalia Praratya Terpilih Jadi Ketua ISKI Jabar, ISKI Harus Adaptasi Artificial Intelligent

    • calendar_month Rab, 5 Jul 2023
    • account_circle Pro Indonesia
    • visibility 1
    • 0Komentar

    KOTA BANDUNG — Atalia Praratya Ridwan Kamil terpilih menjadi Ketua Ikatan Sarjana Ilmu Komunikasi (ISKI) Jawa Barat periode 2023-2026. Atalia terpilih dalam Musyawarah Daerah (Musda) V ISKI di Aula Timur Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu (5/7/2023). Setelah terpilih, Atalia mengajak seluruh anggota ISKI Jabar untuk bekerja bersama dengannya demi menghadirkan terobosan dan inovasi. Kepada pengurus […]

  • Mengenal Keunikan Danau Poso di Sulawesi Tengah

    Mengenal Keunikan Danau Poso di Sulawesi Tengah

    • calendar_month Sel, 24 Okt 2023
    • account_circle Pro Indonesia
    • visibility 0
    • 0Komentar

    Danau Poso akan dijadikan sebagai warisan geologi dan dikembangkan menjadi taman bumi atau geopark. Indonesia terkenal memiliki kekayaan dan keragaman geologi, hayati, dan budaya. Dengan kekayaan itu, negara berpeluang dijadikan sebagai wilayah konservasi, edukasi, dan pengembangan ekonomi lokal, terutama pariwisata. Salah satu kekayaan geologi itu adalah Danau Poso, yang tercatat sebagai danau terbesar ketiga di […]

  • Wagub Uu Ruzhanul: Penguatan Regulasi Mudahkan Penyaluran Bantuan untuk Pesantren

    Wagub Uu Ruzhanul: Penguatan Regulasi Mudahkan Penyaluran Bantuan untuk Pesantren

    • calendar_month Kam, 6 Apr 2023
    • account_circle Pro Indonesia
    • visibility 7
    • 0Komentar

    KOTA BANJAR — Pemerintah kota/kabupaten diharapkan melakukan penguatan regulasi sebagai solusi untuk memudahkan penyaluran bantuan kepada pesantren. Hal itu dikatakan Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum saat mengunjungi Pesantren Miftahul Hidayah dalam rangkaian Safari Ramadan 1444 Hijriah di Desa Cibeureum, Kecamatan Banjar, Kota Banjar, Kamis (6/4/2023). “Solusinya mohon kepada pemerintah kabupaten/kota (regulasi diperkuat). Pemda […]

  • Suhardi Duka Siap Bantu STAIN Majene Menjadi Universitas Negeri

    Suhardi Duka Siap Bantu STAIN Majene Menjadi Universitas Negeri

    • calendar_month Jum, 24 Okt 2025
    • account_circle Pro Indonesia
    • visibility 2
    • 0Komentar

    MAJENE – Gubernur Sulbar Suhardi Duka (SDK) menghadiri acara wisuda Sarjana dan Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN Majene), Kamis 23 Oktober 2025. Turut hadir, Ketua Komisi 1 DPRD Sulbar Syamsul Samad, Plt Karo Pemkesra Sulbar Murdanil dan jajaran Pemprov Sulbar. Suhardi Suka mengucapkan selamat dan sukses kepada mereka yang di wisuda, berharap ilmu […]

expand_less