Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » RAGAM » Menguji Kekuatan Tiang Masjid Al Anwar di Lampung

Menguji Kekuatan Tiang Masjid Al Anwar di Lampung

  • account_circle Pro Indonesia
  • calendar_month Ming, 2 Apr 2023
  • visibility 1
  • comment 0 komentar

Tak hanya sekitar 700 naskah dan buku agama berusia ratusan tahun yang ditulis dalam beberapa bahasa, Masjid Al Anwar juga menyimpan meriam buatan kolonial.

Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Menurut laporan The Royal Islamic Stategic Studies Centre (RISCC) tahun 2022, populasi umat Islam di tanah air sudah mencapai 237,56 juta jiwa dari sekitar 276 juta penduduk Indonesia.

Jumlah tersebut setara dengan 86,7 persen populasi rakyat Indonesia, dan tersebar di penjuru daerah, termasuk di Lampung, provinsi yang menjadi pintu gerbang Pulau Sumatra dengan Jawa.

Kehadiran umat Islam di Lampung sudah terjadi sejak ratusan tahun lampau yang ditandai oleh beberapa peninggalan bersejarah keagamaan, seperti surau dan masjid.

Masjid Al Anwar menjadi rumah ibadah umat Islam pertama yang berdiri di provinsi berjuluk Sai Bumi Ruwa Jurai atau Satu Bumi Dua Jiwa tersebut. Letaknya di Jalan Laksamana Malahayati nomor 100, Kelurahan Kangkung, Kecamatan Teluk Betung Selatan, Kota Bandarlampung.

Masjid yang terletak tak jauh dari pusat perdagangan Malahayati itu awalnya dibangun oleh para saudagar dan ulama perantau dari Bugis, Sulawesi Selatan, pada 1839. Seperti dikutip dari Dunia Masjid, beberapa tokoh asal Bugis seperti Daeng Sawijaya, Tumenggung Muhammad Ali, Penghulu Besar Kiai Muhammad Said, serta tokoh ulama dan pejuang dari Kesultanan Bone, Muhammad Soleh bin Karaeng, adalah sosok pendiri masjid.

Semula rumah ibadah itu bentuknya hanya berupa surau sederhana, yang dibangun bergotong royong bersama para pedagang dan nelayan yang tinggal di sekitarnya. Setelah berdiri menjadi pusat ibadah umat Islam di Teluk Betung dan sekitarnya, surau sederhana itu dimanfaatkan pula untuk majelis taklim dan sarana pendidikan Islam.

Ketika baru 44 tahun berdiri, terjadilah peristiwa meletusnya Gunung Krakatau. Diawali oleh meluncurnya awan panas setinggi 9,4 kilometer sejak Mei 1883, gunung api yang berada di tengah Selat Sunda itu tanpa ampun menggelegarkan suara yang memekakkan telinga penduduk di Sumatra dan Jawa pada 27 Agustus 1883.

Bahkan, suara letusannya sampai terdengar ke daratan Australia yang jaraknya sekitar 4.500 km dari lokasi bencana.

Menurut Simon Winchester dalam bukunya Krakatoa: The Day the World Exploded August 27, 1883 disebutkan bahwa suara letusan Krakatau terus berlangsung selama 21 jam tanpa henti. Kekuatan letusannya setara 10.000 kekuatan bom atom yang meluluhlantakkan Hiroshima, Jepang.

Bukan itu saja, karena akibat letusan selain menenggelamkan gunung hingga ke dasar selat, juga menimbulkan dinding air setinggi hampir 50 meter.

Gelombang raksasa itu tak hanya melenyapkan permukiman warga di daratan pesisir Anyer, Pulau Jawa, melainkan juga sampai ke pesisir Bandarlampung. Banyak bangunan warga di pesisir Bandarlampung sampai Teluk Betung yang rata dengan tanah termasuk surau yang dibangun oleh masyarakat perantau dari Bugis. Ribuan orang turut menjadi korban karena tersapu ombak atau terkena awan panas dari Krakatau.

Putih Telur

Selang lima tahun kemudian, dimotori Daeng Sawijaya serta dibantu para saudagar Bugis yang bermukim di Palembang, Banten, dan Bugis, mereka mulai membangun kembali rumah ibadah yang baru di lokasi lama. Mereka tak lagi mendirikan surau, melainkan sudah berbentuk masjid dengan bangunan permanen.

Mereka menamainya dengan Masjid Al Anwar yang berarti bercahaya dan diharapkan rumah ibadah ini menjadi sumber cahaya kehidupan yang dapat menerangi umat. Masjid ini juga ditopang oleh enam sokoguru atau tiang di bagian interior dalam bangunan dan melambangkan enam pokok rukun iman dalam Islam.

Menariknya, tiang-tiang yang menjulang menopang konstruksi atas bangunan tersebut tidak dibuat dari adukan semen melainkan campuran putih telur ayam dengan kapur. Mereka meyakini, adukan putih telur ayam dan kapur jauh lebih kuat merekat dibandingkan bahan apa pun.

Hal itu terbukti, keenam sokoguru yang dicat warna putih itu sanggup menopang bangunan masjid untuk tetap berdiri kokoh sampai hari ini. Bangunan masjid yang didirikan oleh Daeng Sawijaya dan para perantau Bugis itu luasnya mencapai 1.000 meter persegi di atas lahan sebesar 6.500 m2.

Masjid ini dibangun dengan banyak sekali jendela bukaan agar udara di dalamnya tetap sejuk. Maklumlah, lokasinya berada di kawasan pesisir yang selalu terik sepanjang tahun. Selain sebagai rumah ibadah, Masjid Al Anwar ketika masa perjuangan mengusir penjajah, sering dijadikan tempat untuk mengatur strategi perang oleh para tokoh prakemerdekaan asal Lampung.

Ditulis dalam buku Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia, sejumlah tokoh perjuangan tersebut, di antaranya, adalah Haji Alamsyah Ratu Prawiranegara, Kapten Subroto, KH Nawawi, dan KH Thoha.

Naskah Tua

Selain sebagai pusat pengembangan agama Islam di Bandarlampung, di masjid bersejarah ini tersimpan Al-Qur’an yang berusia lebih tua dari berdirinya Masjid Al Anwar. Masih tersimpan pula sekitar 700 naskah dan buku agama Islam berusia di atas 150 tahun dalam bahasa Melayu, Portugis, Arab, dan Belanda.

Naskah-naskah tersebut tersimpan rapi di sebuah ruangan khusus. Menurut salah satu takmir masjid bernama Sumantara, seperti diwartakan oleh Antara, bangunan Masjid Al Anwar pernah direnovasi beberapa kali pada masa pascakemerdekaan.

Renovasi pertama dilakukan pada 1962 untuk memperluas serambi selatan, utara, dan timur supaya mampu menampung sekitar 500 jemaah. Renovasi selanjutnya terjadi pada 1972 guna memperluas bangunan masjid karena semakin bertambahnya jumlah jemaah yang salat. Turut dibangun pula menara masjid setinggi 20 meter.

Perluasan tersebut membuat bangunan masjid sanggup menampung hingga 2.000 jemaah. Kemudian, renovasi terbaru dilakukan selama dua tahun, yakni 2015–2016, yaitu mengganti atap masjid dari genteng tanah liat menjadi beratap baja. Konstruksi atapnya ikut diperkuat dengan baja ringan. Selain itu, masjid ini masih menyimpan meriam buatan kolonial Belanda.

“Di masa lalu meriam itu dipakai sebagai penanda imsak dan buka puasa karena pada masa itu belum ada sirine. Kami juga masih menyimpan beduk kecil yang dipakai untuk membuka acara Musabaqah Tilawatil Qur’an Nasional tahun 1988 di Way Halim. Masjid ini suka dipakai menginap jemaah, terutama dari Jawa, yang berziarah di beberapa tempat di Lampung,” jelas Sumantara.

Saat ini, Pemerintah Provinsi Lampung dan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Lampung telah menetapkan Masjid Al Anwar sebagai masjid bersejarah dan tertua di Lampung dan Kota Bandarlampung. Masjid Al Anwar di usianya yang ke-135 tahun sejak dibangun ulang, masih menjalankan fungsinya sebagai rumah ibadah dan tampak terawat.

Penulis: Anton Setiawan

  • Penulis: Pro Indonesia

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Hari Jadi ke-21 Sulbar Dimeriahkan Jalan Santai Bersama Gubernur

    Hari Jadi ke-21 Sulbar Dimeriahkan Jalan Santai Bersama Gubernur

    • calendar_month Sen, 22 Sep 2025
    • account_circle Pro Indonesia
    • visibility 0
    • 0Komentar

    MAMUJU – Dalam rangka memperingati Hari Jadi ke-21 Provinsi Sulawesi Barat, Pemerintah Provinsi Sulbar menggelar kegiatan jalan santai bersama masyarakat, Minggu (21/9/2025). Kegiatan ini diikuti langsung Gubernur Sulbar Suhardi Duka bersama jajaran ASN, pejabat struktural, staf, hingga tenaga non ASN lingkup Pemprov Sulbar. Start dimulai di Anjungan Pantai Manakarra Mamuju dan berakhir di Jalan Arteri […]

  • Wakil Ketua DPRD Sulbar Menerima Audiensi Kepala Perwakilan Ombudsman Sulbar

    Wakil Ketua DPRD Sulbar Menerima Audiensi Kepala Perwakilan Ombudsman Sulbar

    • calendar_month Rab, 19 Feb 2025
    • account_circle Pro Indonesia
    • visibility 4
    • 0Komentar

    MAMUJU – Dalam rangka sinergi pelayanan publik, Wakil Ketua DPRD Sulbar Munandar Wijaya didampingi anggota DPRD H. Haluddin dan Kabag Fasilitasi Pengawasan dan Penganggaran, Irma Trisnawati menerima audience Kepala Perwakilan Ombudsman Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) Fajar Siddiq di Ruang Komisi III DPRD Sulbar, Rabu (19/02/2025). Dalam audience tersebut Ketua Perwakilan Ombudsman Sulbar menyampaikan hasil-hasil pengawasan […]

  • Komitmen DPR RI Optimalkan Kerja untuk Rakyat

    Komitmen DPR RI Optimalkan Kerja untuk Rakyat

    • calendar_month Ming, 12 Mar 2023
    • account_circle Pro Indonesia
    • visibility 0
    • 0Komentar

    JAKARTA – Bertemu, berkunjung, menyerap dan memperjuangkan aspirasi masyarakat sejatinya dilakukan oleh anggota DPR RI setiap saat, tak mengenal hari, waktu dan bahkan kondisi alam di daerah pemilihannya (dapil) masing-masing. Namun, khusus di Masa reses, anggota DPR memang memiliki waktu yang cukup panjang untuk berdekatan dengan konstituen atau masyarakat yang diwakilinya. Beberapa hari lagi masa […]

  • Pemdaprov Jabar Komitmen Berantas Judi “Online” dan Perjudian Konvensional

    Pemdaprov Jabar Komitmen Berantas Judi “Online” dan Perjudian Konvensional

    • calendar_month Ming, 7 Jul 2024
    • account_circle Pro Indonesia
    • visibility 0
    • 0Komentar

    KOTA CIREBON — Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Herman Suryatman mengatakan, pihaknya berkomitmen memberantas judi online dan pinjaman online ilegal yang marak terjadi di Jabar. Berdasarkan dari data Pusat Pelaporan Analisa dan Transaksi Keuangan (PPATK), Jabar menjadi salah satu provinsi yang banyak mengakses judi online. “Jabar salah satu provinsi yang terpapar judi online cukup besar, […]

  • Progres Pembangunan Rusun di IKN Capai 91 Persen

    Progres Pembangunan Rusun di IKN Capai 91 Persen

    • calendar_month Rab, 25 Des 2024
    • account_circle Pro Indonesia
    • visibility 0
    • 0Komentar

    IKN  – Pembangunan Rumah Susun (Rusun) untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) dan sektor Pertahanan dan Keamanan (Hankam) di Ibu Kota Nusantara (IKN) hampir selesai. Kementerian Perumahan Rakyat (PKP) mendorong percepatan penyelesaian proyek yang terdiri dari 47 tower Rusun ini. Saat ini, progres pembangunan mencapai 91,36 persen. Kementerian Perumahan Rakyat Dorong Penyelesaian Rusun Direktur Jenderal (Dirjen) […]

  • Wagub Uu Ruzhanul: Penguatan Regulasi Mudahkan Penyaluran Bantuan untuk Pesantren

    Wagub Uu Ruzhanul: Penguatan Regulasi Mudahkan Penyaluran Bantuan untuk Pesantren

    • calendar_month Kam, 6 Apr 2023
    • account_circle Pro Indonesia
    • visibility 7
    • 0Komentar

    KOTA BANJAR — Pemerintah kota/kabupaten diharapkan melakukan penguatan regulasi sebagai solusi untuk memudahkan penyaluran bantuan kepada pesantren. Hal itu dikatakan Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum saat mengunjungi Pesantren Miftahul Hidayah dalam rangkaian Safari Ramadan 1444 Hijriah di Desa Cibeureum, Kecamatan Banjar, Kota Banjar, Kamis (6/4/2023). “Solusinya mohon kepada pemerintah kabupaten/kota (regulasi diperkuat). Pemda […]

expand_less